Data Privasi Pelanggan Dalam Big Data dan Toko Online (E-commerce)

Posting Komentar

Toko Online (E-commerce) Yang Terus Bermunculan


Era digital ini semua serba mudah dalam melakukan transaksi, adanya toko online juga memberikan kontribusi kemudahan pada saat ini, dalam hitungan menit kita sudah dapat membeli barang yang jauh entah dimana penjualnya, sebut saja Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Lazada, JD.ID, dan berbagai macam toko onlline lainnya yang tidak bisa saya sebutkan.

saat ini saya ingin sebut "e-commerce booming" karena saking banyaknya situs serupa, mengapa saya memberi judul toko online bukan e-commerce? karena masalah SEO saja, karena tidak banyak yang mengetik e-commerce tapi lebih banyak yang mengetik toko online jadi saya memutuskan untuk memberi judul demikian, walaupun yang saya maksud disini adalah e-commerce.

oke mengapa e-commerce atau toko online sekarang menjamur dan sangat trend? karena potensi pasar yang semakin positif, nilai transaksi di Indonesia sendiri dalam setahun mencapai 77 triliun rupiah, walaupun pangsa pasar yang ada saat ini masih 5%. baca selengkapnya di situs kompas dan CNBC

Dengan curuk pasar yang masih kecil dibandingkan pasar offline, mengapa e-commerce ini sangat "menggila" dalam promosi?

sebelum saya menjawab ini, saya ingin mengulas sedikit model bisnis digital seperti ini dan siapa yang akan menjadi terbaik di antara semua toko online atau e-commerce ini.

ketika awal mula e-commerce ini dibangun, model bisnis konservatif lahir dan menghidupi jagat internet, keuntungan lahir dari margin penjualan, namun sayangnya "kata" pegawai beberapa e-commerce di atas perusahaan mereka belum mendapatkan keuntungan, saya memberikan tanda kutip karena saya sejujurnya tidak tahu apakah mereka masih merugi atau tidak.

kalaupun benar, dalam pemikiran kita pasti akan mengatakan "apa? rugi tapi masih bakar uang?" mungkin sebagian dari kita akan mengatakan itu hal yang gila, tapi saya bisa maklumi karena ini bukan menyangkut masa kini tapi masa depan dari pangsa pasar online ini, jadi jawaban mengapa e-commerce atau toko online ini masih sangat "menggila" dalam promosi? adalah karena mereka bertaruh di masa depan untuk menjadi raja dari pangsa pasar online ini.

Pemain Besar Yang Bakar Uang


seperti yang saya tuliskan, pemain besar ini masih merugi dan bakar uang untuk promosi gila-gilaan, dan menurut saya sebagai orang awam sangat lah tidak masuk akal, mengapa?

karena yang dilakukan oleh oleh pemain besar ini saya kira tidak sustainable, karena cara iklan dan promosi yang kelewat parah.

Alasan sederhananya adalah karena tidak natural, masing-masing dari e-commerce ini beriklan di situs seperti facebook, youtube, dan Google dengan promosi diskon yang sangat besar, dan yakin lah kondisi konsumen Indonesia tidak loyal karena kebanyakan para konsumen mengejar diskon dan tidak sedikit yang membeli dalam skala besar saat festival diskon untuk dijual kembali saat tidak diskon dengan harga yang dikira diskon.

jika ini diteruskan saya prediksi yang menjadi pemenang dari pangsa pasar saat ini adalah dia yang memiliki kantong tertebal.

Mencontoh Amazon Dalam Mengembangkan E-commerce

berbeda saat e-commerce ini membakar uang mereka untuk mendapatkan pengunjung natural, maka yang didapat adalah loyalitas, tanpa berburu diskon besar pun mereka akan tetap dikunjungi karena mereka mencari karena butuh dan e-commerce tersebut juga mendapatkan data pelanggan secara akurat.

Sejak bisnis ini berjalan di dunia maya, maka mengindentifikasi profile pelanggan tidak lah mudah, karena sebagai penyedia produk sebuah e-commerce tidak ada yang tau bagaimana rupa pelanggan hingga pelanggan tersebut membuat pembelian, dan dari data pelanggan potensial ini yang menarik adalah bagaimana mempenetrasi data pelanggan itu yang sama sekali tidak diketahui dan tidak jadi membeli jika tanpa mengumpulkan data meraka secara akurat.?

saya rasa masa depan pangsa pasar e-commerce tanpa data seperti membakar uang hingga habis, kompleksitas dari semua bisnis online adalah bagaimana menyusun puzzle ketidakteraturan data, dan mengumpulkannya dalam database untuk dijadikan bahan exploitasi perkembangan bisnis, untuk masalah explotasi data pelanggan dengan kata "big data" akan saya bahas pada sub-topik di bawah.

Algoritma Untuk Menyusun Strategi Digital E-commerce

saya memiliki gagasan strategi untuk memenangkan persaingan ini agar lebih natural dan berjangka panjang di kemudian hari sebagai berikut:

  1. mengumpulkan data pengguna melalui bulk website toko online kecil
  2. identifikasi kata kunci potensial hingga paling kecil
  3. menyimpan data pribadi saat check out (storing) dan membuat Big data
  4. mengolah data pribadi pelanggan untuk memutuskan stocking product dan penawaran product
  5. menyelesaikan masalah di masa depan (distribusi, stocking product, delivery program, diferensiasi product, software development, dll)
  6. memonopoli pasar transaksi online
dan bagaimana melakukan itu semua dengan secara detail, saya jelaskan di bawah.


saya rasa Google masih raksasa teknologi mesin pencarian terbesar di Indonesia, terlebih bing, yahoo, atau pun mesin pencari lainnya yang tidak terkenal masih menjadi pemain yang tidak menakutkan di Indonesia, maka dari celah yang Google berikan dan bantuan super magic the power of SEOe-commerce ini seharusnya membakar uang mereka dengan membuat orang lain mempromosikan tempat mereka secara brutal.

karena faktor terbesar yang menentukan persaingan dalam algorithma Google adalah link yang merekomendasikan sebuah situs, maka e-commerce ini seharusnya membuat program afiliasi yang ramah dan costumable untuk dropshipper dan reseller agar digunakan dalam membangun website mereka sendiri dan tentunya return yang tinggi atas usaha mereka menjual produk dari e-commerce dengan harga tinggi, semakin bagus website (toko online) kecil yang mereka buat maka semakin bagus juga e-commerce itu.

entah itu tool, software, plugin, atau widget, para pemilik website (toko online) kecil ini diberikan keleluasaan dalam membangun website hanya sampai check out, mengapa? e-commerce memerlukan data pelanggan dan pengunjung mereka untuk dikumpulkan, bagaimana para pelanggan menemukan website afiliasi itu hingga interest dalam menjelajahi situs mereka, memang gila kalau kita membuat program afiliasi yang aduhai tapi kita tidak tahu data pelanggan mereka.

ketika awal 2010 saya ingat banyak sekali para pencari pundi uang online melalui affiliate marketingnya Amazon dan 10 tahun kemudian Amazon menjadi e-commerce dengan nilai kapitalisasi terbesar, bagaimana Amazon menjadi raja e-commerce? itu semua karena data yang mereka miliki, sehingga mereka dapat dengan tepat menentukan pemilihan produk apa yang paling potensial dibeli oleh seseorang.

karena bisnis ini diprokyesikan membesar di masa depan, maka istilah bakar uang dengan promosi yang sangat besar di awal perang dagang tidak lah bijak, karena sifatnya long-term, menghindari kehabisan dana untuk melakukan promosi di awal perang itu lebih baik dalam peperangan, karena potensi bisnis ini akan memberikan untung untuk satu e-commerce yang paling dominan di masa depan.

Ebay lebih populer terlebih dulu dari pada amazon, namun amazon yang menjadi raja e-commerce pada saat ini. 

Big Data dan Privasi Pelanggan

pada era teknologi ini data sangatlah penting, seperti yang saya bahas di atas, data dikumpulkan untuk menyusun ulang pemasaran yang sangat random, dengan menyusun puzzle-puzzle data akan membuat bisnis online lebih terfokus, menentukan diferensiasi produk untuk konsumen pun lebih mudah.

karena big data adalah sebuah istilah asing untuk orang seperti saya, mari kita ulas terlebih dulu apa itu big data.

big data adalah ...

sekumpulan data yang dikumpulkan dalam ukuran volume yang sangat besar, sehingga menjadikannya data base yang memiliki volume besar, mau itu yang terstruktur atau tidak, namun yang terpenting adalah bagaimana pemilik data mengolah data menjadi data yang solid untuk digunakan dalam penetrasi pasar dalam skala yang besar secara efesien.

apa pentingnya Big data untuk bisnis e-commerce yang sedang menjamur sekarang ini?
  • mereka dapat dengan tepat menyedikan persediaan produk pada suatu waktu, kepada siapa, dimana dan apa.
  • mengantisipasi persaingan yang didominasi oleh pesaing agar tidak masuk dan terus dalam keadaan memonopoli pasar.
  • mengurangi biaya akibat resiko yang tak terkendali karena tidak memiliki pengetahuan akan tren
  • mengembangkan produk baru untuk menguji kepada pelanggan.
perlu diingat, dalam membangun big data, tidak hanya melihat data pengunjung dan pelanggan saja, namun juga melihat data seller yang memiliki potensi mendukung kapitalisasi di kemudian hari.

karena di masa depan untuk menjaga posisi yang harus dilakukan adalah mengumpulkan data seller agar produk mereka dapat dengan mudah dipindahkan ke dalam gudang-gudang penyimpanan agar tidak ada masalah kekurangan produk yang dijual, selain itu sebagai raja e-commerce di masa depan perlu juga memastikan pesaing kalah dalam kualitas barang, ketersediaan dan ditambah menarik keuntungan dari setiap produk yang dijual oleh seller di e-commerce agar ke depannya pun dapat menjadi pemain yang memonopoli pasar.

selain itu, keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membeli nilai tambah lainnya, yaitu seperti membangun perusahaan kargo yang indipenden agar arus barang tidak terganggu sedikit pun dengan jumlah yang akan didistribusikan.

walaupun big data itu sangat penting untuk usaha e-commerce, namun dalam prakteknya hal ini adalah yang paling rawan akan pelanggaran, karena exploitasi.

bayangkan saja, anda sebagai konsumen potensial di mata para pemain e-commerce suatu hari dikirimkan email dari salah satu perusahaan itu dan itu adalah produk yang paling diinginkan oleh kita dengan harga yang sangat anda inginkan, kemungkinan besar anda akan tergoda untuk membeli walaupun anda tidak butuh itu pada saat itu.

salah satu kasus terbesar yang pernah terjadi terkait pelanggaran privasi dengan menggunakan big data adalah kasus cambrdge analytica yang menjadi tim riset untuk mempenetrasi data dan diarahkan untuk memilih presiden Amerika Serikat yang pada akhirnya Trump keluar menjadi pemenang dengan target pemilih yang masih memiliki pemikiran konservatif.

Pelanggan Yang "Masa Bodo"


namun, memang kondisi masyarakat indonesia saat ini belum perhatian akan privasi mereka, bahkan banyak juga yang asal memberikan data pribadi hanya untuk mengejar diskon dan kupon.

yang artinya mereka masa bodo sebetulnya dengan data diri mereka, kerugian mereka adalah dari segi exploitasi sehingga membuat mereka menjadi lebih konsumtif, ditambah dari penawaran yang digenerasi secara apik tidak memberikan manfaat apa pun, atau bahkan lebih buruk lagi seperti bocornya data ke pihak yang tidak bertanggung jawab dan mengarahkan pilihan sesuai kemauan pemegang data pribadi pelanggan.

maka jangan salahkan secara brutal ketika kita sebagai pengguna internet malah mendapatkan iklan penawaran barang dari suatu e-commerce akan suatu produk yang sangat menggoda kita, itu juga dikontribusikan dari pemberian data pribadi secara semabarangan.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter