Kehadiran content marketing untuk sebuah bisnis online adalah hal yang umum sekarang ini, semenjak era internet, para marketers mempelajari bahwa content marketing pada akhirnya dapat memberikan kontribusi terhadap penjualan.
Namun, tidak semudah itu, perlu pemilihan topik dan kemahiran marketer untuk mengarahkan pengunjung agar membeli produk, tapi setidaknya dalam hal yang dasar, content marketing harus dapat memberikan efek kepada pengunjung.
Maka, bicara tentang bagaimana membuat content marketing yang baik, maka harus dapat meningkatkan penjualan.
Secara prinsip, bisa dengan berbagai macam metode, bisa dengan menggunakan content visual, content audio, atau content tulisan.
Namun, kebanyakan website-website dari yang kecil hingga yang besar, lebih banyak menggunakan content marketing berupa tulisan.
Alasannya karena ...
- Murah
- Banyak Content Writer yang Mahir (Pasar penyedia konten lebih banyak)
- Nilai Konversi yang Jauh lebih baik ketimbang jenis konten marketing lainnya
- Tulisan lebih mendalam dalam penyampaian pesan pemasaran
Berbicara kriteria content marketing yang baik dalam hal tulisan setidaknya harus seperti ini ...
Judul Yang Langsung Menyampaikan maksud
Sebagai pada tahap awal, judul adalah hal yang penting diperhatikan dalam menarik minat pembaca yang kita tetapkan sebagai calon pembeli.Jika kita melihat banyak search engine yang tersedia, seperti Google, Bing, Yahoo, Duckduckgo, dan berbagai macam mesin pencarian lainnya, kita akan mendapati bahwa judul akan selalu di highlight pada bagian atas dan diperbesar.
Sehingga dalam menerapkan judul pun kita perlu melakukan optimasi untuk mendapatkan minat para pembaca, setidaknya jangan pernah untuk berbohong dalam menyampaikan content seperti melakukan asumsi yang keliru atau menyebar hoax demi mendapatkan pengunjung.
Karena, bisa jadi setelah mereka melakukan kunjungan untuk mendapatkan content yang mereka harapkan, malah menjadi kecewa akan kenyataan konten yang mereka dapatkan.
Beberapa peneliti juga memfokuskan dalam penelitian content marketing, dalam jurnal "the review of content marketing as a new trend in marketing practices" mengungkapkan untuk mendapatkan hasil yang baik, content marketing setidaknya dapat dikolaborasikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan emosi pembaca.
Menghidupkan emosi pembaca sejak pertama kali melihat judul, bukan berarti perlu memberikan bumbu-bumbu hiperbola yang berlebihan, karena seiring berjalannya waktu pembaca sendiri tidak ingin mendapatkan "jebakan batman" dari situs tersebut.
Isi Konten Yang Relevan Dengan Judul dan Kebutuhan Pengunjung
Seperti yang sudah disampaikan di atas, content marketing yang baik adalah yang dapat menarik pembaca dari sumber-sumber yang berkualitas, hal ini ditunjukan dengan data kunjungan ke website dengan dibantu oleh interest mereka pada suatu kata kunci dan di arahkan dengan menggunakan mesin pencari.Mengapa mesin pencari menjadi standar yang baik untuk kualitas content marketing ?
Karena, pada awal mulanya para pembaca memiliki minat pada suatu hal yang berbeda dengan arahan yang kita inginkan, mereka mencari suatu query secara acak, sehingga ketika mereka menemukan tulisan content marketing yang kita hadirkan, maka dari situ lah mereka mengenal setidaknya website kita.
Dan mereka mencari content tersebut atas keinginan mereka sendiri, yang secara tidak sadar mereka sudah masuk dalam jangkauan marketing kita, mulai dari data, prilaku, dan media yang mereka gunakan untuk browsing content yang kita sajikan.
"New visitor is new potential buyer"
Ini sangat berbeda jika kita mengonversi pengunjung sosial media untuk membeli dari situs resmi yang kita bangun, karena akan ada tahapan lebih lanjut yang membuat kebocoran dari segi jumlah pengunjung.
Misalnya pada awal mulanya, dari sosial media ada 1200 orang tertarik dengan topik yang kita bicarakan, namun setelah mereka mengunjungi content marketing yang kita rujuk, mereka berkurang hingga menjadi 60 orang saja yang mau melihat content kita secara penuh, dan akhirnya mereka berfikir ulang apakah akan membeli atau meninggalkan content tersebut.
Sehingga pada akhirnya mungkin saja ada 1-2 orang yang membeli produk yang kita tawarkan, terlebih sosial media sekarang memiliki algorithma yang membatasi suatu postingan mendapatkan efek snow balling yang natural, diakibatkan filter hoax yang berlaku, khususnya pada sosial media facebook.
Disamping itu untuk mendapatkan kunjungan lebih banyak pada content marketing di website, kita memerlukan iklan, yang sudah pasti memerlukan dana yang besar untuk mendapatkan keuntungan dari sana.
Maka, banyak marketer yang berkesimpulan lebih baik menggunakan iklan pada sosial media untuk langsung mengarahkan calon pembeli kepada produk yang kita tawarkan dari pada harus melalui content marketing terlebih dahulu.
Kembali lagi pada relevansi content pada judul, content yang baik harus dapat memuaskan pengunjung dari segi isi, karena sudah dikatakan pada pragraf awal di atas, jangan membohongi para pembaca dengan content yang tidak sesuai, atau bahkan tidak benar adanya.
Studi Kasus
Saya pernah mendapati sebuah kasus yang sangat memprihatinkan dari sebuah content marketing, yaitu pada query branding dan brand (merek) yang dimana pengertian yang dituliskan antara branding dan brand disamakan.Padahal para akademisi sepakat, brand dan branding adalah hal yang berbeda, brand adalah hasil dari kegiatan branding, sedangkan branding adalah proses yang terjadi untuk membentuk brand.
Namun, apa mau dikata? lah wong semua demi kunjungan agar dapat menjual produk.
Cek pengertian branding dan brand menurut para ahli.
Yang jadi petakanya adalah jika hal itu dimakan mentah-mentah oleh pembaca dan diaktualisasikan dalam praktek, ambyar sudah jika ada profesional yang bertanya atau misalnya dalam tulisan ilmiah, atau saat ujian kuliah, atau saat wawancara kerja.
Mungkin mereka yang tidak menyaring informasi langsung saja menjawab sesuai dengan informasi yang diterima, dan orang profesional di bidang tersebut bertanya "dari mana kamu dapat informasi tersebut?" masa jawabannya kuliah dari website A atau B?
Content Marketing dan Call To Action (CTA)
melihat efektivitas sebuah content marketing maka goal yang ingin dibangun adalah konversi kunjungan menjadi pembelian produk.Sudah sangat lumrah hal demikian dijalankan agar mencapai efektivitas yang telah ditetapkan sebuah perusahaan.
Dan lazim penerapan call-to-action pada suatu content untuk langsung mengonversi kunjungan menjadi penjualan.
Apa itu call to action? call to action secara harfiah adalah memanggil untuk melakukan sebuah aksi, atau secara konteks adalah serangkaian kata persuasif (mengajak) yang diperuntukan agar para pengunjung melakukan aksi yang diinginkan oleh kita.
Contohnya adalah
"Jika laptopmu masih tidak bisa diperbaiki sendiri, kami menawarkan service laptop murah
yuk coba service murah dari kami (link ke halaman pendaftaran service)"
Pada bagian di atas, kata yang diberikan background abu-abu adalah kata-kata call-to-action.
Penerapannya bisa di sembarang tempat, yang menjadikan standar penempatan call-to-action yang baik adalah kontekstualnya, karena penerapan yang tidak sesuai konteks akan mengakibatkan content tidak relevan dan terkesan dipaksakan.
Dalam pandangan konsumen, hal yang dipaksakan bisa saja menimbulkan penolakan, karena secara hakekatnya manusia tidak dalam keadaan ingin dipaksa.
Bayangkan saja, anda didatangi oleh sales marketing untuk membeli suatu produk, dan sang sales secara acak mengaitkan produk dengan hal-hal yang tidak relevan, maka apa yang terjadi?
Hilang feeling atau 'ilfil'
Content Yang Membantu Para Pengunjung
hal lain yang perlu diperhatikan adalah nilai kegunaan dari content untuk pengunjung, karena pengujung dalam mencari content di mesin pencari itu dengan tujuan tertentu yang sebelumnya tidak berkaitan dengan produk kita.Dalam marketing online memberikan sebuah manfaat adalah seperti kunci untuk mengambil perhatian pengunjung, karena mereka ingin kebutuhan mereka terpenuhi dengan hanya melihat konten.
Maka, sudah pasti content yang bermanfaat bisa mendapatkan perhatian dari pengunjung, sedangkan content tidak bermanfaat dan tidak relevan akan ditinggalkan oleh pengunjung.
Content yang bermanfaat pada jenis tulisan dapat dikombinasikan dengan visual maupun audio, sehingga tidak stagnan berupa kata-kata yang harus menyihir pembaca.
Seperti misalnya :
- tabel data yang diinginkan pengunjung
- knowledge baru yang belum pernah didapatkan pengunjung
- diagram data
- gambar ilustrasi pendukung
- File PDF yang dibagikan secara cuma-cuma
- Product Trial untuk masa percobaan
Dalam strategi marketing, kebermanfaatan content dan cakupan yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak serta merta memiliki korelasi yang signifikan.
Karena cakupan marketing lebih berbicara market target, sehingga perlu sebuah proses yang lebih matang di dalamnya.
Proses ini dikenal dengan STP (segmetation, targeting, and positioning) yang di dalamnya berbicara bagaimana mendapatkan segmentasi pasar, target pasar yang potensial, dan posisi brand di mata pengunjung.
Ketahui lebih lanjut STP dalam Strategi Pemasaran.
Sebagai awalan mungkin kita bisa menempatkan sebuah content marketing ke dalam website kita dan melihat reaksi pasar terhadap content marketing yang kita sajikan.
Dalam tahap awal ini, fokus analisis kita pada pasar online adalah mencari tahu perilaku pasar online, top of mind pada pasar online yang berkaitan dengan produk kita, interest pasar, dan pola distribusi content yang baik.
Sehingga, pada tahap berikutnya, content marketing dapat lebih baik lagi disajikan berdasarkan data yang telah kita kumpulkan, pengumpulan data ini kita olah dengan riset agar lebih reliable dan valid untuk diterapkan ke dalam content marketing selanjutnya.
Untuk mempersingkat pembahasan content marketing, ada flowchart pola marketing untuk content marketing yang baik (dalam prespektif pribadi berdasarkan riset dan aktualisasi di lapangan)
Setelah, banyaknya paragraf dan kata yang telah dituliskan, sebuah pertanyaan untuk pembaca "apakah content marketing anda sudah dapat memberikan konversi penjualan?" jika belum mungkin perlu berbenah untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Posting Komentar
Posting Komentar